Jumat, 25 Juni 2010

Sebuah Cita

Okay, sebelumnya gue akui gue ini adalah penulis sajak yang payah (baca : penyair gagal). Ada tuh kumpulan puisi-puisi gue di satu binder yang gue sampul dengan sampul kado bergambar sapi (padahal gak suka sapi…yah, ngaku lagi deh, itu kan’ sampul kado bekas) yang isinya rata-rata aneh. Menurut gue sendiri yang nulis puisi-puisi itu, gaya puisi gue itu cenderung cengeng sebenernya, tapi berusaha gak cengeng. Dan gue selalu menghindari tema percintaan (siapa yang bilang tema percintaan menarik hayo ?), karena gue selalu merasa bego dalam hal itu =P. Nah, ini adalah salah satu puisi gue, yang pas gue baca-baca lagi…aih, cocok banget nih untuk menggambarkan suasana hati gue selama ini (ceile). Dan karena ini ditulis sama penyair gagal, jangan ngarep pas selesai baca loe bakal merasa terkesan ya. Hehehe.

Sebuah Cita

Seandainya lepas panah citaku
Kuingin busurnya menancap pada awan
Seandainya gelap dating padaku
Kuingin pelita terangi lembar kertasku

Dimana selalu kusisipkan doa
Agar mulia jalanku nanti
Disana kuraih cita
Tanpa perlu kuteguk ilusi

Sebab Dia akan restui diriku
Agar kuraih sebuah bahagia
Sebab usahaku di hari-hari debu
Kelak akan kutuai bangga di mata mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar